Caleg Tak berkuwalitas
Posted by Unknown
Nuansa jelang Pemilu 2014 kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Wajah-wajah baru menghiasi papan iklan / reklame di berbagai sudut kota bahkan sampai ke desa-desa. Adu strategi dalam menjaring pemilih Partai - Partai Politik sangat ketat.
Perekrutan Calon Legislatif tiap partaipun akhirnya terkesan asal-asalan. Tidak bisa dipungkiri dan sudah menjadi rahasia umum. Mulai dari proses perekrutan hingga penetapan Caleg yang bakal diajukan ke KPU hanya sebagai faktor pemenuhan syarat dan ketentuan yang diwajibkan oleh KPU.
Hal ini yang menyebabkan kuwalitas dan kuwantitas para Caleg tiap-tiap Partai Politik menjadi sangat diragukan. Keraguan ini muncul karena nama-nama Caleg yang ada didominasi oleh kader-kader partai dadakan yang tidak pernah berkecimpung dalam dunia politik. Penempatannyapun dalam bursa Caleg berada dinomor urut bawah di setiap daerah pemilihan.
Partai politik (Parpol) peserta Pemilu
2014 dinilai hanya sekedar berburu calon anggota legislatif (Caleg)
perempuan untuk memenuhi syarat kuota 30 persen. Kualitas dan kompetensi
mereka dinilai terlalu tidak diperhatikan parpol. Sehingga, banyak
caleg perempuan yang kemampuannya diragukan.
Dia menegaskan, perlu kerja keras dilakukan parpol untuk menghasilkan figur-figur perempuan yang kompeten dan berkualitas dalam berpolitik. Maka menjadi penting adanya proses pembinaan untuk menghasilkan sosok-sosok kader perempuan yang siap bergerak.
Kader perempuan ini tak hanya cukup berbekal semangat, melainkan juga harus dibekali dengan pemahaman yang utuh tentang makna aktifitas politik.
Kader perempuan memiliki tantangan lebih besar dibanding kader laki-laki. Pasalnya, para politisi perempuan mengemban peran ganda, yakni sebagai politisi yang berkiprah di ranah publik dan sebagai istri dan ibu pendidik generasi. Dua peran ini, menuntut curahan pikiran, waktu, dan tenaga ekstra.
Hanya perempuan-perempuan hebat yang bisa menjalankan kedua peran tersebut secara seimbang. Ini artinya, politisi perempuan haruslah orang yang betul-betul berkualitas.
Peran keterwakilan perempuan dalam legislatif harus dimaksimalkan. Baik secara kuantitas, maupun kualitasnya. Tidak hanya untuk memenuhi kuota 30 persen saja, tetapi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, mengurangi diskriminasi yang selama ini terjadi., serta keadilan gender.
Sosialisasi pendidikan politik untuk pemilih perempuan dan pemilih pemula khususnya menjadi sangat penting karena jangan sampai terjebak dalam isu sebatas kenal orang tanpa tahu visi dan misi serta tujuan dari penCalegannya. Mari bersama belajar menjadi Pemilih yang Cerdas dan Berwawasan demi kemajuan Bersama.
Perekrutan Calon Legislatif tiap partaipun akhirnya terkesan asal-asalan. Tidak bisa dipungkiri dan sudah menjadi rahasia umum. Mulai dari proses perekrutan hingga penetapan Caleg yang bakal diajukan ke KPU hanya sebagai faktor pemenuhan syarat dan ketentuan yang diwajibkan oleh KPU.
Hal ini yang menyebabkan kuwalitas dan kuwantitas para Caleg tiap-tiap Partai Politik menjadi sangat diragukan. Keraguan ini muncul karena nama-nama Caleg yang ada didominasi oleh kader-kader partai dadakan yang tidak pernah berkecimpung dalam dunia politik. Penempatannyapun dalam bursa Caleg berada dinomor urut bawah di setiap daerah pemilihan.
Dosen STIE Putra Bangsa, Emma Dwi Ratnasari SE MSi saat menjadi
narasumber pada acara Sosialisasi pendidikan politik masyarakat kepada
pemilih perempuan mengatakan, keterwakilan perempuan dalam legislatif
tidak lepas dari perdebatan isu yang muncul seputar kuota 30 persen
harus terpenuhi.
“Anggota parlemen adalah wakil rakyat yang harus mengakomodasi
aspirasi rakyat sehingga akan lebih baik kalau persaingan di parpol
dibuat terbuka tanpa afirmasi kepada kaum perempuan. Sehingga
figur-figur yang terpilih benar-benar memiliki kompetensi dan
berkualitas,” papar Emma pada acara yang digelar di Aula Kecamatan
Rowokele, Senin (21/10) itu.Dia menegaskan, perlu kerja keras dilakukan parpol untuk menghasilkan figur-figur perempuan yang kompeten dan berkualitas dalam berpolitik. Maka menjadi penting adanya proses pembinaan untuk menghasilkan sosok-sosok kader perempuan yang siap bergerak.
Kader perempuan ini tak hanya cukup berbekal semangat, melainkan juga harus dibekali dengan pemahaman yang utuh tentang makna aktifitas politik.
Kader perempuan memiliki tantangan lebih besar dibanding kader laki-laki. Pasalnya, para politisi perempuan mengemban peran ganda, yakni sebagai politisi yang berkiprah di ranah publik dan sebagai istri dan ibu pendidik generasi. Dua peran ini, menuntut curahan pikiran, waktu, dan tenaga ekstra.
Hanya perempuan-perempuan hebat yang bisa menjalankan kedua peran tersebut secara seimbang. Ini artinya, politisi perempuan haruslah orang yang betul-betul berkualitas.
Peran keterwakilan perempuan dalam legislatif harus dimaksimalkan. Baik secara kuantitas, maupun kualitasnya. Tidak hanya untuk memenuhi kuota 30 persen saja, tetapi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, mengurangi diskriminasi yang selama ini terjadi., serta keadilan gender.
Sosialisasi pendidikan politik untuk pemilih perempuan dan pemilih pemula khususnya menjadi sangat penting karena jangan sampai terjebak dalam isu sebatas kenal orang tanpa tahu visi dan misi serta tujuan dari penCalegannya. Mari bersama belajar menjadi Pemilih yang Cerdas dan Berwawasan demi kemajuan Bersama.
0 comments: